Welcome to my blog, enjoy reading.

bisnis online bagi pemula dan terpercaya. langsung klik aja deh..

Jumat, 28 Januari 2011

MANAJEMEN KELAS/ PENGELOLAAN KELAS

Uraian Materi Pembelajaran
1. Pengertian pengelolaan kelas.
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata "managemen" asal kata dari Bahasa Inggris
yang diindonesiakan menjadi "manajemen" atau menejemen.
Di dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1958:412), disebutkan bahwa pengelolaan berarti
penyelenggaraan. Dilihat dari asal kata "manajemen" dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan
dengan lancar, efektif dan efisien.
Pengelolaan diartikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil
dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan-kegiatan orang lain (Oemar Hamalik, 1986: 18).
Sebelum kita membicarakan definisi pengelolaan kelas terlebih dahulu kita perlu mengetahui
apa sebenamya yang dimaksud dengan kelas.
1. Kelas dalam arti sempit yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat
sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses pembelajaran. Kelas dalam
pengertian tradisional mengandung sifat statis, karena sekedar menunjuk
pengelompokkan siswa menurut tingkat perkembangannya yang antara lain di
dasarkan pada batas umur kronologisnya masing-masing.
2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara
dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk
mencapai suatu tujuan.
Ditinjau dari sudut pandang didaktik terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas
yakni kelas adalah sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama.
Dengan batasan tersebut di atas, yang dimaksudkan kelas itu adalah sistem pengajaran
klasikal dalam pelaksanaan pengajaran secara tradisional.
Kelas merupakan bagian atau unit sekolah terkecil. Penggunaan istilah "Unit" mengandung
suatu pengertian bahwa kelas mempunyai ciri yang khusus dan spesifik, maksudnya setiap
kelas akan memiliki suasana yang berbeda atau kondisi yang berbeda satu sama lain.
Definisi-definisi Pengelolaan kelas

1. Menurut Lois V, Johnson dan Mary A. Bani (Claaroom Management), yang diikhtisarkan
oleh Dr. Made Pidarta, 1970.
a. Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep lama adalah mempertahankan ketertiban
kelas.
b. Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep modern adalah proses seleksi dan
penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas.
2. J.M. Cooper (1977), mengemukakan 5 pengelompokkan definisi pengelolaan kelas, yaitu:
a. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan ketertiban
suasana kelas.
Definisi ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah
laku siswa. Pandangan ini bersifat "Otoratif". Kaitannya dengan tugas guru adalah
menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin sangat
diutamakan.
b. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan
kebebasan siswa.
Definisi ini didasarkan atas pandangan yang bersifat "permisif'. Kaitannya dengan
tugas guru adalah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa, maksudnya guru
membantu siswa untuk merasa bebas melakukan yang ingin dilakukannya.
c. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan
tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku
yang tijdak diinginkan.
Definisi ketiga ini didasarkan pada prinsip-prinsip mengubahan tingkah taku
(behavioral modification), dan memandang pengelolaan kelas sebagai proses
pengubahan tingkah laku siswa. Guru di sini berfungsi sebagai pembantu siswa
dalam mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui prinsip reinforcement
(penguatan).
d. Pergelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan
hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosioemosional kelas yang positif.
Definisi keempat ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim
sosioemosional yang positif di dalam kelas.
Definisi ini beranggapan, bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal
di dalam kelas yang beriklim positif yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik
antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
e. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
Definisi kelima ini mengangap kelas merupakan sistem sosial dengan proses
kelompok (group proses) sebagai intinya. pengajaran berlangsung dalam kaitannya
dengan suatu kelompok, tetapi belajar dianggap proses individual, maka kehidupan
kelas dalam kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang sangat berarti
terhadap kegiatan belajar. Tugas guru di sini adalah mendorong berkembangnya
dan berprestasinya sistem kelas yang efektif.
Tiga di antara lima definisi di atas yaitu: pandangan tentang pengubahan tingkah laku. Iklim
sosioemosional, dan proses kelompok, masing-masing berangkat dari dasar pandangan
yang berbeda tetapi memiliki unsur-unsur yang efektif apabila diterapkan untuk pengelolaan
kelas sehingga bermanfaat bagi guru untuk membentuk satu pandangan yang bersifat
"Prulalistik", yaitu pandangan yang merangkum ketiga dasar pandangan tersebut di atas.
Definisi pengelolaan kelas yang dikemukakan berdasarkan atas pandangan "Pluralistik'
menganggap pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan
tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang
tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosioemosional yang
positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan
produktif.
Dalam kegiatan sehari-hari seorang guru akan menghadapi kasus-kasus dalam kelasnya.
Misalnya dalam hal pengaturan siswa, yang dapat dikelompokan menjadi dua masalah, yaitu
masalah individu/perorangan dan masalah kelompok. Agar dalam melaksanakan
pengelolaan kelas secara efektif dan tepat guna, maka guru harus rnengidentifikasikan
kedua masalah tersebut, tetapi tak kalah pentingnya dari kedua masalah tersebut adalah
masalah organisasi sekolah.
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik di tingkat kelas maupun pada
tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Pengaruh organisasi
sekolah dipandang cukup menentukan dalam pengarahan perilaku siswa. Pengaturan atau
pengorganisasian kelas hendaknya sering diadakan perubahan. Hal ini untuk mencegah
kejenuhan bagi siswa-siswa selama mengikuti kegiatan belajar, selain itu juga hendaknya
disesuaikan dengan bahan pengajaran yang diberikan.
Adapun kasus-kasus yang dijumpai guru dalam pengelolaan kelas antara lain, seperti:
a) Tingkat penguasaan materi oleh siswa di dalam kelas.
Misalnya, materi yang diberikan kepada siswa terlalu tinggi atau sulit sehingga tidak
bisa diikuti oleh siswa, maka di sini diperlukan penyesuaian agar siswa dapat
mengikuti kegiatan belajar dengan baik. Apabila tidak diadakan penyesuaian, siswa-
siswa tidak akan serius dan selalu menimbulkan kegaduhan.
b) Fasilitas yang diperlukan,
Misalnya, alat, media, bahan, tempat, biaya, dan lain-lain, akan memungkinkan
siswa belajar dengan baik
c) Kondisi siswa
Misalnya, siswa yang kelihatan sudah lesu dan tidak bergairah dalam menerima
peiajaran, hal ini dapat mempengaruhi situasi kelas.
d) Teknik mengajar guru
Misalnya, dalam memberikan pengajaran kurang menggairahkan suasana kelas dan
menjemukan.
2. Pengelompokan Masalah dalam Pengelolaan kelas

a. Masalah Pengelolaan Kelas
Masalah pergelolaan kelas dapat di kelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah
individual dan masalah kelompok.
Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi
dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, dan dapat memilih strategi
penanggulangannya dengan tepat pula.
b. Masalah Individu/Perorangan
Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassell (Noorhadi,1985:5), mengemukakan bahwa semua tingkah
taku individual merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan kebutuhan untuk diterima
kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri.
Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan, kemungkinan akan terjadi beberapa tindakan siswa
yang dapat digolongkan menjadi:
1. Tingkah-Iaku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain (attention getting
behavior), misalnya membadut di dalam kelas (aktif), atau dengan berbuat serba
lamban sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra (pasif).
2. Tingkah-Iaku yang ingin merujukan kekuatan (power seeking behaviours), misalnya
selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional, seperti marah-marah, menangis
atau selalu "Iupa" pada aturan penting di kelas (pasif).
3. Tingkah-Iaku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors),
misalnya menyakiti orang lain seperti mengata-ngatai, memukul, menggigit dan
sebagainya (kelompok ini nampaknya kebanyakan dalam bentuk aktif atau pasif).
4. Peragaan ketidakmampuan (displaying indequacy) yaitu dalam bentuk sama sekali
menolak untuk mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa hanya
kegagalanlah yang menjadi bagiannya.
Keempat tindakan yang dilakukan individu tersebut di atas dapat diistilahkan menjadi:
- Pola aktif yang konstruktif
- Pola aktif yang distruktif
- Pola pasif yang konstruktif
- Pola pasif yang distruktif
c. Masalah Kelompok
Masalah ini merupakan yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas. Masalah
kelompok akan muncul apabila tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok, kelas
frustasi atau lemas dan akhirnya siswa menjadi anggota kelompok bersifat pasif, acuh, tidak
puas dan belajarnya terganggu. Apabila kebutuhan kelompok ini terpenuhi, anggotanya akan
aktif, puas, bergairah dan belajar dengan baik.
Lois V Johnson dan Mary A Bany mengemukakan ciri-ciri kelompok dalam kelas:
a. Kesatuan kelompok
Kesatuan kelompok memegang peranan penting dalam mempengaruhi anggota-
anggotanya bertingkah laku.
b. Interaksi dan komunikasi
Interaksi terjadi dalam komunikasi, kalau beberapa orang anggota mempunyai
pendapat tertentu, maka terjadilah komunikasi dalam kelompok dan diteruskan
dengan interaksi membahas, pendapat tersebut, yang sering disertai dengan emosi
yang mempekuat interaksi.
c. Struktur kelompok
Struktur informal dalam kelompok dapat mempengaruhi struktur formal, bila selalu
ditempatkan pada posisi yang tinggi hal ini dapat merusak keakraban kelompok.
d. Tujuan-tujuan kelompok.
Apabila tujuan-tujuan kelompok ditentukan bersama oleh siswa dalam hubungan
dengan tujuan pendidikan maka anggota-anggota kelompok akan bekerja lebih
produktif menyelesaikan tugasnya. Dengan kata lain siswa akan bekerja dengan baik
apabila hal itu berhubungan dengan tujuan-tujuan mereka.
e. Kontrol
Hukum-hukum yang diciptakan bersama bagi siswa yang melanggar, mungkin dapat
memperkecil pelanggaran, akan tetapi beberapa soal tetap atau tidak tetap akan
tidak dapat belajar dengan baik, hal ini merupakan masalah baru.
f. Iklim Ke!ompok
Iklim Kelompok adalah hasil dari aspek-aspek yang saling berhubungan dalam
kelompok. Iklim kelompok ditentukan oleh tingkah keakraban kelompok, sebagai
hasil dari aspek-aspek tersebut di atas.
d. Masalah organisasi
Sekolah sebagai organisasi sosial dan sebagai sub sistem dari sistem sosial yang lebih luas
termasuk sistem persekolahan nasional. Pengaruh organisasi sekolah dipandang cukup
menentukan dalam pengarahan peri/aku siswa.
Dengan kata lain guru dan siswa dipengaruhi oleh organisasi sekolah secara keseluruhan,
termasuk cara pengelompokan, kurikulum, rencana fisik, peraturan-peraturan, nilai sikap dan
tindakan.
Kebijaksanaan dan peraturan sekolah memberi refleksi kepada sikap nilai, organisasi, tujuan
dan peri/aku siswa dalam kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan
dikomunikasikan kepada seluruh siswa secara terbuka, maka akan menyebabkan tertanam
pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku.
Adapun kegiatan-kegiatan rutin yang sudah diatur tersebut antara lain berupa:
1. Penggantian pelajaran, hal rutin semacam ini hendaknya diatur secara tertib.
2. Guru yang berhalangan hadir oleh satu atau lain hal maka siswa harus sudah
mengetahui cara mengatasinya.
3. Masalah antara siswa, dapat dipecahkan bersama-sama dengan guru (wakil
kelas/ketua kelas/ketua OSIS).
4. Upacara bendera
5. Dan kegiatan lainnya yang harus diatur secara jelas tidak kaku dan harus fleksibel.
Demikianlah telah Anda pelajari perihal konsep dasar pengelolaan kelas dan
pengelompokkan masalah dalam pengelolaan kelas. Untuk lebih memantapkan pemahaman
Anda terhadap materi pembelajaran tersebut, maka bacalah rangkuman berikut, kerjakan
tugas mandiri dan jawablah tes formatif dan minimal 6 item tes dapat dijawab dengan benar.
1. Pendekatan dengan penerapan sejumlah "Iarangan dan anjuran" .
Pendekatan ini pada pelaksanaannya hampir sama dengan pendekatan otoriter dan
pendekatan permisif, karena dalam penerapannya akan muncul bentuk:
a. penghukuman atau pengancaman
b. penguasaan atau penekanan
c. pengalihan atau pemasabodohan
Ketiga bentuk tersebut akan memungkinkan muncul perilaku siswa yang tidak diharapkan
seperti tingkah laku negatif, kekerasan, pura-pura patuh, menurunnya semangat siswa atau
sikap mencari kambing hitam.
Coba Anda kaji contoh berikut ini, mana yang termasuk bentuk penghukuman, penekanan
atau pemasabodohan.
a. "Jika kamu tidak memperbaiki tingkah lakumu, maka saya akan memanggil orang
tuamu".
b. "Jika kalian terus begitu, sekarang terserah kalian, apakah akan meneruskan tugas
atau bubar saja".
c. "Karena kalian begitu, maka setiap pelajaran dari saya, maka kau Amir, Hasan dan
Agus duduk di kantor dan menulis satu buku penuh, saya akan memperbaiki
kelakuan saya".
Pendekatan ini dianggap kurang efektif karena pendekatan ini bagi guru bersikap reaktif.
Hanya terbatas pada masalah-masalah yang muncul secara insidental saat itu, kurang
mengarah pada pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang (yang akan datang),
bersikap absolut (mutlak) dan tidak membuka peluang bagi pengambilan tindakan-tindakan
yang lebih luwes dan kreatif.
Semboyan dari pendekatan ini adalah "Jika terjadi masalah ini lakukanlah itu atau itu".
Apabila pendekatan ini dilakukan maka ada beberapa tindakan guru yang perlu diperhatikan
antara lain:
o Jangan menegur siswa dihadapan kawan-kawannya
o Apabila memberikan peringatan pada siswa hendaknya tidak merggunakan suara
tinggi
o Bersikap tegas dan adil terhadap semua siswa
o Jangan pilih kasih
o Sebelum menghukum siswa, terlebih dahulu buktikan bahwa siswa itu bersalah
o Patuhiah pada aturan-aturan yang sudah Anda terapkan.

2. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku (Behavior Modification)
Pendekatan ini bertolak dari psikologi Behavioristik. Yang menganggap bahwa semua
tingkah laku merupakan hasil belajar. Dan juga berdasarkan prinsip psikologi bahwa setiap
individu perlu diperhitungkan dalam proses pembelajaran.
Prinsip psikologi tersebut adalah, meliputi:
1. Tindakan penguatan positif, yaitu memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau
pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan, misalnya berupa
ungkapan seperti "Nah seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah
dibaca".
Jenis-jenis penguatan positif itu ada yang:
a. Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak dipelajari
dan selalu diperlukan untuk berlangsungnya hidup, seperti, makanan, air,
udara yang segar dan sebagainya.
Suasana seperti ini dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan betah di
dalam kelas.
b. Penguatan sekunder bersyarat yang menjadi penguat sebagai hasil proses
belajar atau dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat sosial), nilai
angka, rangking (penguatan simbolik), kegiatan atau permainan yang
disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan).
1. Ditinjau dari segi waktu, penguatan positif bisa diberikan secara:
a. Terus menerus pada setiap kali terjadi perbuatan baik atau yang diharapkan
b. Tenggang waktu atau berkala, yaitu setelah jangka jam pelajaran dimulai,
atau setiap "sekian" kali perbuatan.
Ada dua macam penjadwalan dalam panguatan berkala yaitu:
c. Penjadwalan interval yaitu pemberian penguatan siswa setiap jangka waktu tertentu.
2. Tindakan penghukuman, yaitu suatu penampilan perangsang yang tidak diinginkan
atau tidak disukai, dengan harapan menurunkan frekuensi pemunculan tingkah laku
yang tidak dikehendaki. Tindakan hukuman dalam pergelolaan kelas masih bersifat
kontroversial (dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan
alat yang efektif untuk dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak
dikehendaki, sekaligus merupakan contoh "yang tidak dikehendaki" bagi siswa lain.
Sebagian lain melihat bahwa akibat sampingan dari hubungan pribadi antara guru
(yang menghukum) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu, atau siswa yang
dihukum menjadi "Pahlawan" di mats teman-temannya.
3. Tindakan penghilangan, yaitu tidak memberikan ganjaran yang diharapkan seperti
yang lalu (menahan pemberian penguatan positif), atau pembatalan pemberian
ganjaran yang sebenarnya diharapkan siswa.
Contoh: Didi yang waktu sebelumnva mendapat pujian alas hasil pekerjaannya baik
dan rapi yang diserahkan kepada Pak Umar, pada waktu penyerahan pekerjaan
berikutnya dengan hasil yang sama, Pak Umar menerima dan memeriksa tanpa
memberi pujian.
4. Tindakan penguatan negatif, yaitu meniadakan perangsang yang tidak
menyenangkan atau tidak disukai. Atau dengan kala lain menghilangkan hukuman.
Contoh : Wawan yang waktu sebelumnya dimarahi Pak guru karena pekerjaannya
tidak benar dan tidak rapi, pada pengumpulan tugas berikutnya Pak guru tidak
memarahinya lagi.

Harapan dari tindakan-tindakan tersebut dapat menghentikan atau mengurangi
perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki serta dapat meneruskan atau meningkatkan
perilaku-perilaku yang dikehendaki. Seperti digambarkan pada contoh-contoh di atas,
guru dapat menumbuhkan perilaku-perilaku yang dikehendaki pada diri siswa melalui
penerapan penguatan positif dan penguatan negatif. Dan guru mengurangi perilaku
siswa yang tidak dikehendaki melalui penerapan penghukuman dan penghilangan.
Beberapa pendekatan yang bisa dijadikan alternatif dalam pengelolaan kelas yaitu:
1. Pendekatan dengan penerapan sejumlah larangan dan anjuran
Pendekatan ini cocok bagi penanggulangan masalah kelas yang bersifat insidental
kurang mengarah pada pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang. Dalam
penerapan pendekatan ini akan muncul bentuk-bentuk: penghukuman atau
pengancaman, penguasaan atau penekaran, pengalihan atau pemasabodohan. aleh
karena itu, dalam penerapan pendekatan ini guru perlu memperhitungkan dampak
psikologisnya siswa agar penggunaan pendekatan ini tetap memberikan manfaat
positif bagi siswa.
2. Pendekatan pengubahan tingkah laku
Pendekatan ini dimaksudkan untuk menghentikan atau mengurangi perilaku-perilaku
yang tidak dikehendaki serta dapat mereruskan atau meningkatkan perilaku-perilaku
yang dikehendaki.
3. Pendekatat iklim sosioemosional
Pendekatan ini berkeyakinan bahwa suasana atau iklim kelas yang baik
berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran. Implikasinya adalah bahwa siswa
bukan semata-mata sebagai individu yang sedang mempelajari pelajaran tertentu,
tetapi dipandang sebagai keseluruhan pribadi yang sedang berkembang.
4. Pendekatan proses kelompok
Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa pengalaman belajar di sekolah
berlangsung dalam suasana kelompok, yaitu kelompok kelas. Dalam hal ini tugas
guru terutama membina dan memelihara kelompok yang efektif dan produktif.
5. Pendekatan Elektis
Pendekatan yang merupakan gabungan atau campuran dari beberapa pendekatan
Atas dasar tindakan dalam kegiatan pengelolaan kelas dapat dikelompokkan dalam dua
tindakan, yaitu:
Dimensi pencegahan (preventif) , merupakan tindakan dalam mengatur siswa dan
peralatan serta format belajar mengajar yang tepat sehingga menimbulkan kondisi
yang menguntungkan bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Prosedurnya
dalam hal ini berupa langkah-Iangkah yang harus direncanakan guru untuk
menciptakan suatu struktur kondisi yang fleksibel baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang. Prosedur tindakan pencegahan ini diarahkan pada pelayanan
perkembangan tuntutan dan kebutuhan siswa baik secara individual maupun
kelompok-kelompok dapat berupa kegiatan contoh-contoh ataupun berupa informasi.

Dimensi kuratif, merupakan tindakan tingkah laku yang menyimpang yang sudah
terlanjur terjadi agar penyimpangan itu tidak berlarut-Iarut. Dalam hal ini guru
berusaha untuk menimbulkan kesadaran akan penyimpangan yang dibuat akhirnya
akan menimbulkan kesadaran dan tanggung jawab untuk rnemperbaiki diri sendiri
melalui kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan dua tindakan dalam kegiatan pengelolaan kelas, maka prosedur
pengelolaan kelas yang dapat dilakukan berkaitan dengan kedua tindakan tersebut,
yaitu prosedur dimensi pencegahan/preventif dan prosedur dimensi kuratif.

Langkah-Iangkah yang harus ditempuh dalam pengelolaan pencegahan adalah sebagai
berikut:

1. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru

Sikap guru terhadap kegiatan profesinya akan banyak mempengaruhi terciptanya kondisi
belajar mengajar atau menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya
belajar.
Oleh karena itu, langkah utama dan pertama yang strategis dan mendasar dalam kegiatan
pengelolaan kelas adalah "Peningkatan kesadaran diri" sebagai guru. Apabila seorang guru
sadar akan profesinya sebagai guru pada gilirannya akan meningkatkan rasa tanggung
jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan
tugasnya.
Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak dalam sikap guru yang
demokratis tidak otoriter, menunjukan kepribadian yang stabil, harmonis serta berwibawa.
Sikap demikian pada akhirnya akan menumbuhkan atau menghasilkan reaksi serta respon
yang positif dari siswa.

2. Peningkatan kesadaran siswa

Meningkatkan kesadaran diri sebagai guru tidak akan ada artinya tanpa diikuti meningkatnya
kesadaran siswa sebab apabila siswa tidak atau kurang memiliki kesadaran terhadap dirinya
tidak akan terjadi interaksi yang positif dengan guru dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
Pada akhimya dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka belajar mengajar.
Kurangnya kesadaran siswa terhadap dirinya ditandai dengan sikap yang mudah marah,
mudah tersinggung, mudah kecewa, dan sikap tersebut akan memungkinkan siswa
melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji.
Untuk menanggulangi atau mencegah munculnya sikap negatif tersebut guru harus
berupaya meningkatkan kesadaran siswa melalui tindakan sebagai berikut:
a. Memberitahukan kepada siswa tentang hak dan kewajiban siswa sebagai anggota
kelas.
b. Memperhatikan kebutuhan dan keinginan siswa.
c. Menciptakan suasana adanya saling pengertian yang baik antara guru dan siswa.
3. Sikap Polos dan Tulus dari Guru

Guru dituntut untuk bersikap polos dan tulus, artinya guru dalam tindakan dan sikap
keseharian selalu "Apa adanya" tidak berpura-pura. Tindakan dan sikap demikian akan
merupakan rangsangan positif bagi siswa dan siswa akan memberikan respon atau reaksi
positif. Penciptaan suasana sosioemosional di dalam kelas akan banyak dipengaruhi oleh
polos tidaknya dan tulus tidaknya sikap guru yang pada gilirannya akan berpengaruh
penciptaan kondisi lingkungan yang optimal dalam rangka proses belajar mengajar.
4. Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan
Langkah ini mengharuskan guru agar mampu:
a. Mengidentifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku siswa yang bersifat individual
atau kelompok. Termasuk di dalamnya penyimpangan yang sengaja dilakukan siswa hanya
sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya.
b. Mengenal berbagai pendekatan dan pengelolaan kelas dan menggunakan sesuai
dengan situasi atau menggantinya dengan pendekatan lain yang telah dipilihnya
apabila pilihan pertama mengalami kegagalan.
c. Mempelajari pengalaman guru-guru lainnya baik yang gagal atau berhasil sehingga
dirinya mempunyai alternatif yang bervariasi dalam berbagai problem pengelolaan.
5. Menciptakan "kontrak sosial"

Kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan "Standar tingkah laku" yang diharapkan dan
memberikan gambaran tentang fasilitas beserta keterbatasannya untuk memenuhi tuntutan
dan kebutuhan sekolah. Dengan kata lain "Standar tingkah laku yang memadai dalam situasi
khusus".
Suatu persetujuan umum tentang bagaimana sesuatu dibuat, tindakan sehari-hari yang
bagaimana yang diperbolehkan. Standar tingkah laku ini tidak membatasi kebebasan siswa
akan tetapi merupakan tindakan pengarahan ke arah tingkah laku yang memadai atau yang
diharapkan dalam beberapa situasi.
Standar tingkah laku harus melalui "Kontrak sosial" dengan siswa. Dalam arti bahwa aturan
yang berkaitan dengan nilai atau norma yang turun dari atasan (guru/sekolah) tidak timbul
dari bawah akan mengakibatkan aturan tersebut kurang dihormati atau ditaati, sehingga
perumusannya perlu dibicarakan atau disetujui bersama oleh guru dan siswa.
Kebiasaan yang terjadi dewasa ini aturan-aturan sebagai "Standar tingkah laku" berasal dari
atas, siswa hanya menerima apa adanya dan tidak punya pilihan lain. Kondisi demikian akan
memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam pengelolaan kelas karena siswa tidak
merasa membuat serta memiliki peraturan sekolah yang ada.
Kelima langkah tersebut digambarkan pada diagram sebagai berikut.
Langkah-Iangkah pengelolaan dimensi penyembuhan (kuratif) meliputi hal-hal berikut:
a. mengidentifikasi masalah;
Pada langkah pertama ini guru melakukan kegiatan untuk mengenal atau mengetahui
masalah-masalah yang timbul dalam kelas. Dari masalah-masalah tersebut guru harus
dapat mengidentifikasi jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui siswa yang
melakukan penyimpangan tersebut.
b. b. menganalisa masalah;
Pada langkah kedua ini, kegiatan guru adalah berusaha untuk menganalisa
penyimpangan tersebut dan menyimpulkan latar belakang dan sumber dari pada
penyimpangan itu. Setelah diketahui sumber penyimpangan guru kemudian
melanjutkan usahanya untuk menentukan alternatif-alternati penanggulangan atau
penyembuhan penyimpangan tersebut.
c. Menilai alternatif-alternatif pemecahan, menilai dan melaksanakan salah satu
alternatif pemecahan
Pada langkah ketiga ini, kegiatan yang dilakukan adalah memilih alternatif
berdasarkan sejumlah alternatif pemecahan masalah yang telah disusun. Artinya
alternatif mana yang paling tepat untuk menanggulangi penyimpangan tersebut.
d. Melaksanakan alternatif yang telah ditetapkan
Setelah ditetapkan alternatif yang tepat maka langkah selanjutnya adalah
melaksanakan alternatif tersebut.
e. Mendapatkan balikan dari hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah yang
dimaksud.
Langkah ini didahului dengan langkah monitoring yaitu kegiatan untuk mendapatkan
data yang merupakan balikan untuk menilai apakah pelaksanaan dari alternatif
pemecahan yang dipilih telah mencapai sasaran sesuai dengan yang direncanakan
atau bahkan terjadi perkembangan baru yang lebih baik, semua ini merupakan dasar
untuk melakukan perbaikan program.

0 komentar:

Posting Komentar